Pantulan dusta sahabat
Sahabat itu,
seharusnya tampak seperti kaca
ketika aku melihatnya,
ia akan menyerupai bentukku
Aku senang,
maka ia akan tertawa
aku sedih,
maka ia akan menangis
aku menangis
maka ia akan menghapus airmataku
aku terluka dan memborok,
maka ia akan membersihkan
dan membalut lukaku
lalu, ia senantiasa merawat lukaku
menjaganya agar tak membekas
Begitu pun sebaliknya....
Namun, itu semua tidak pernah terjadi
aku tidak pernah tahu ia sedang apa?
apakah senang, sedih, berairmata, atau terluka dan memborok
bibir dan lidah selalu tertutup rapat
seakan membisu jika melihat wajahku di kaca
Ia juga tidak tahu aku sedang apa?
ketika melihatnya, aku berbuat hal yang sama
kaca itu semakin bingung akan jatidirinya
bayangan yang dimunculkan tak pernah sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar